Senin, 29 Februari 2016

Pembubaran BP Batam Dianggap Tidak Tepat



Batam - Anggota Komite II Dewan Perwakikan Daerah (DPD) RI Djasarmen Purba menilai wacana pembubaran Badan Pengusahaan (BP) Batam bukan solusi atas tumpang-tindihnya perizinan yang terjadi di kota itu.
"Membubarkan BP Batam tidak seperti membalikkan telapak tangan. Jika pertanyaannya apakah BP Batam perlu dibubarkan, menurut saya tidak perlu," kata Djasarmen di sela kunjungan kerja bersama anggota Komite II DPD RI di Kepulauan Riau, Senin (22/2).
Sebelumnya pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menggulirkan wacana pembubaran BP Batam karena dinilai menghambat laju investasi. Namun, menurut Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan, pembubaran BP Batam belum mencapai kata final.
Djasarmen mengakui selama ini tumpang-tindih kewenangan antara BP Batam dengan Pemerintah Kota Batam dalam hal perizinan memang membuat Batam ibarat kapal dengan dua nakhoda.
Senator asal Kepulauan Riau itu mengatakan, "Yang dibutuhkan bukanlah pembubaran, melainkan pengaturan kembali kewenangan BP Batam agar tidak berbenturan dengan Pemerintah Kota Batam melalui peraturan pemerintah." Dengan sebuah pengaturan kembali, menurut dia, nantinya Batam akan menjadi kapal dengan dua mesin dan ini sangat baik.
Terkait dengan adanya dugaan mafia lahan di otorita Batam, Djasarmen berharap pihak berwenang bisa segera mengusutnya. Menurut informasi yang diperolehnya, akibat mafia lahan ini Pemerintah Kota Batam kerap kesulitan mencari lahan untuk keperluan pembangunan sekolah dan tempat ibadah.
"Kadang dikasih lahannya di lereng bukit, atau tempat terjal, padahal itu untuk kepentingan masyarakat," kata dia.
Kunjungan kerja Komite II ke Kepri dilakukan untuk memastikan impelentasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dapat selaras dengan peluang investasi dan proyek pembangunan tol laut di Kepri.
Kunjungan kerja Komite II DPD ke Kepulauan Riau diikuti sejumlah senator, antara lain Ahmad Nawardi (senator asal Jawa Timur), Djasarmen Purba (Kepulauan Riau), Marhany V.P. (Sulawesi Utara), Tellie Gozelie (Bangka Belitung), Aji M. Mirza Wardana (Kalimantan Timur), Rafli (Aceh), I Kadek Arimbawa (Bali), Lalu Suhaimi Ismy (NTB), Ibrahim A. Medah (NTT), Pdt. Marthen (Sulawesi Barat), Wa Ode Hamsina Bolu (Sulawesi Tenggara), Rahmijati Jahja (Gorontalo), M. Afnan Hadikusumo (D.I. Yogyakarta), Mesakh Mirin (Papua), dan Dailami Firdaus (DKI Jakarta).
/YUD
ANTARA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar