Selasa, 30 Agustus 2016

Pentingnya Petunjuk Berbahasa Indonesia Bagi Jemaah Haji di Masjid


Selasa 16 Aug 2016, 16:16 WIB
Rachmadin Ismail - detikNews


Makkah - Tim Komisi III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) berkunjung ke Daerah Kerja Makkah. Mereka mengapresiasi kinerja para petugas dalam urusan persiapan, sekaligus juga menyampaikan harapan agar petunjuk berbahasa Indonesia di tempat-tempat penting ibadah diperbanyak.

Ada 9 anggota DPD yang datang ke Daker Makkah, Senin (15/8/2016). Mereka adalah tim pengawas persiapan haji yang akan berada di Arab Saudi selama beberapa hari. Sebelumnya, rombongan sudah berkunjung ke Madinah. Rombongan dipimpin oleh Hardi Selamat Hood dan anggotanya terdiri dari: Ahmad Sadeli Karim, Habib Hamid Abdullah, Muslihuddin Abdurrasyid Abul Hasan, Emma Yohanna Hariadi, Daryati Uteng Suryadiyatna, Ayu Koes Indriyah, Suriati Armaiyn dan Emilia Contessa. Mereka diterima oleh Kadaker Makkah Arsyad Hidayat dan para kepala sektor serta kepala seksi Daker Makkah.

Acara dibuka dengan pemaparan dari Arsyad terkait rencana penyambutan jemaah haji dan persiapan khusus menjelang kedatangan jemaah pada 18 Agustus. Secara detail, Arsyad menyampaikan progres persiapan para sektor hasil evaluasi tahun lalu. Mulai dari urusan katering, pemondokan sampai ibadah.

Tim Komisi III DPD berharap agar petunjuk berbahasa Indonesia di tempat-tempat penting ibadah diperbanyak. (Foto: Rachmadin/detikcom)

Setelah itu, sesi diskusi. Sejumlah anggota DPD menyampaikan apresiasi terhadap persiapan yang dilakukan Arsyad dan jajarannya. Selain itu, mereka juga menyampaikan pertanyaan, usulan dan masukan terkait penyelenggaraan haji. Salah satu poin yang mencuat adalah persoalan petunjuk berbahasa Indonesia bagi jemaah.

Emma Yohanna, senator dari Sumatera Barat mengatakan tidak menemukan banyak petunjuk berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. (Foto: Rachmadin/detikcom)

Emma Yohanna, senator dari Sumatera Barat mengatakan tidak menemukan banyak petunjuk berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Di Haram, dia hanya menemukan satu area petunjuk berbahasa Indonesia, itu pun tanda untuk jemaah haji yang membutuhkan bantuan khusus.

Hal yang sama juga disinggung oleh senator dari Jawa Tengah GKR Ayu Koes Indriyah. Berdasarkan pengalamannya, negara-negara lain memiliki petunjuk yang lebih banyak dibanding Indonesia. "Jangan sampai kalah kita sama Pakistan," terangnya.

Menanggapi hal ini, Kadaker Makkah Arsyad mengatakan, sudah mengupayakan tanda-tanda tersebut ke pemerintah Saudi. Bahkan dalam pembicaraan level menteri bulan Ramadan lalu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sudah menyampaikan hal itu ke Menteri Haji Saudi Arabia Dr Mohammad Shalih bin Thahir Banten.

Kadaker Makkah Arsyad sudah mengupayakan pemasangan tanda-tanda berbahasa Indonesia ke pemerintah Saudi. (Foto: Rachmadin/detikcom)

"Kita ini jemaah terbesar. Umrahnya pun peringkat empat atau lima terbesar. Di setiap tempat ada jemaah kita," kata Arsyad.

"Tanda-tanda itu sangat penting, terutama di tempat umum seperti masjid dan tempat lainnya. Soal ini, akan kita sampaikan lagi (ke pemerintah Saudi)," kata Arsyad.

Detikcom sempat menengok beberapa tanda petunjuk di Masjidil Haram. Di sana, memang didominasi tanda-tanda berbahasa Arab dan Inggris. Untuk tulisan berbahasa Indonesia, bisa ditemukan di area jemaah haji berkebutuhan khusus dan area perpustakaan yang diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Untuk tulisan berbahasa Indonesia, bisa ditemukan di area jemaah haji berkebutuhan khusus dan area perpustakaan yang diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. (Foto: Rachmadin/detikcom)

Dalam diskusi tersebut, senator lainnya membahas soal pondokan, perbaikan tenda di Arafah, sampai urusan ibadah para jemaah lansia. Di akhir diskusi, ketua rombongan Hardi Selamat Hood memastikan, dari pemaparan Daker Makkah, para petugas sudah siap untuk menyambut jemaah haji. Dia pun memberikan apresiasi khusus. 
(mad/aan)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar